Selasa, 30 November 2010

jum'at kliwon, 7 mei 2010.. hari baik untuk orang baik

tlah menginjak hari k 7 kamu mninggalkan urusan keduniawianmu sahabatku..

tlah kau langkahkan jejak abadimu d surgamu sahabatku..

tlah kau torehkan kenangan-kenangan itu untuk kami, sahabatku..

selamat jalan..

damailah di rumahmu..

kekallah semua kebaikanmu..

perhatianmu..

senyumanmu..



oleh Ocha Novea Haruzbersahajadunk pada 14 Mei 2010 jam

rinduku padamu; '06

rindu ku sudah di pelupuk mata
untuk '06:

anganku sudah di langit langit jingga
tentang mu,
tentang kita,

berama, bercengkerama menjalin cinta
kapan
kapan
dan kapan
itu pertanyan yang selalu ada dalam angan
kapan kita bersua hanya sekedar minum teh bersama
kapan kita bercerita tentang aku, kamu, dia, dan mereka; kita

aku menunggu kabar dari mu
kabar tentang lingkaran kebersamaan kita
kabar tentang canda tawa kita

aku menunggu mu, kawan......

oleh Mardiana Setyaningrum pada 02 Agustus 2010

Narasi untuk Sahabat

Aku mengenal dikau tak cukup lama separuh usiaku, tapi begitu banyak pelajaran yang aku terimaKau membuatku mengerti hidup ini

Perjumpaan yang selayaknya tanpa sesuatu yang luar biasa. Perkenalan yang lumrah. Lalu hari-hari yang berjalan sebagaimana mestinya. Kau dengan sesuatu yang memang telah ada padamu sejak dulu. Lalu aku dengan segala keakuanku pula. Ritme hidup yang tak terencana lebih dulu. Mengalir saja seperti apa adanya. Wajar, biasa, lurus.

Pada mulanya kita telah mempunyai kehidupan sendiri. Dengan berbagai kebiasaan yang berbeda. Dengan berbagai adat dan budaya yang berbeda. Bahasa yang tak sama, laku yang tak serupa, apalagi pola pikir dan perasaan.

Sedikit melankolis tampaknya. Entah bagaimana mulanya, segala hal yang berbeda mulai membaur dalam satu wadah yang kita sebut persahabatan. Lebih dari itu: persaudaraan. Kau menyebutku dengan julukan yang lebih dari seorang teman. Lalu kita terbiasa dengan sesuatu kebiasaan yang baru. Tampaknya kurang lengkap bila aku tak membagi senyum denganmu. Bahkan kadang tangis, segala rupa beban yang menyesak di dadaku. Hingga menjadikan kau dan aku serupa satu tubuh. Yang tak lengkap tanpa satu yang lain.

Ketika harapan tak menjadi nyata, maka kau tempatku menumpahkan segala cerita tentang angan dan harapan. Kau menggandengku dengan asa, berharap aku bangkit dengan mimpi-mimpi indahku. Pula ketika cinta mengecewakanku, kau tersenyum dan memelukku, menyakinkan bahwa aku layak untuk dicintai tanpa kecuali. Ketika aku merengek manja, kau tak pernah mengganggapku seperti anak kecil, namun berkata bahwa aku harus dewasa. Bahkan ketika aku marah pada diriku sendiri, kau berkata bahwa aku hebat. Kau tak pernah berkata TIDAK. Dan membuatku kembali berkata YA.

Hari-hari kita penuh dengan kegembiraan. Dengan kesombongan-kesombongan yang indah. Kekonyolan yang memalukan. Kekhawatiran-kekhawatiran yang manis. Dan kesulitan-kesulitan yang tampak lebih kecil dari sesungguhnya.

Ah, benar. Pelangi tak kan indah tanpa perbedaan.

Ketika tak ada batas dalam hal apapun, maka hati kita telah dipersatukan. Tak ada istilah ewuh pekewuh karena memang tak perlu hal itu dalam persahabatan. Apalagi itung-perhitungan karena tak layak hal itu dalam persaudaraan.

Ketika kita telah asyik dengan kebiasaan yang mengalir, tiba-tiba kita dikejutkan oleh sebuah kenyataan bahwa kita harus berpisah. Ada sedikit rasa haru dan setitik tangis yang diam-diam menyentuh pipiku, ketika kau ucapkan: kita akan berpisah dan lama tak akan saling bersama. Aku mendengar nada terkejut yang sama dalam suaramu.

Di dalam hati aku berusaha menyakinkan: bahwa  hanya badan kita yang berpisah. Bukan hati  ini, pikiran, perasaan, kenangan, duka, dan cita. Bukan pula cerita-cerita kita di masa lalu.

Seorang bijak berkata, bahwa seseorang akan terasa sangat berharga bagi kita setelah seseorang itu meninggalkan kita. Aaah ,,, aku tak percaya. Karena sejak bersamamu, kau selalu berharga untukku. Begitu juga hingga nanti suatu saat yang masih lama sekali aku akan kehilangan kau.

Aku masih ingin banyak bercerita denganmu. Tentang impian yang akan segera kita wujudkan. Tentang harapan, asa, atau sekadar celoteh pengisi sepi.
Ingatlah secarik lagu yang pernah kita nyanyikan dengan senyuman:

Menatap lembayung di langit Bali dan kusadari betapa berharga kenanganmuDi kala jiwaku tak terbatas, bebas berandai mengulang waktuHingga masih bisa kuraih dirimu, sosok yang mengisi kehampaan kalbukuBilakah diriku berucap maaf, masa yang tlah kuingkariDan meninggalkanmu U  o ... cinta

Teman yang terhanyut arus waktu mekar mendewasaMasih kusimpan suara tawa kitaKembalilah sahabat lawaskuSemarakkan keheningan lubuk

Hingga masih bisa kurangkul kalian, sosok yang mengaliri cawan hidupkuBilakah kita menangis bersama tegar melawan tempaan semangatmu ituU o ... jingga


Kendal, 02 November 2010
oleh Enggar Dhe Pe

Sebuah Sajak Siang Ini

ketika kulihat secarik kertas
Dan sepotong pena
Ingin kutarikan tangan
Menyusun beberapa baris sajak

Aku memang tak sepintar kau
Atau secantik puisi liris
Aku hanya ingin bernyanyi
Tentang rindu yang mengibu

Aku terlalu lelah untuk selalu mengingat
Segala garis dan segi
Segala titik dan koma
Segala rintih dan jeri
tSegala jejak dan langkah
Aaaaahhhh ... rasanya terlalu banyak yang telah kita perbuat

Tentang kesombongan
Rencana-rencana
Harapan
Asa
Lalu teori-teori segala rupa
Yang tak ingin pula kehilangan tempat

Kata cinta
Gerak kasih
Belai peduli
Tatap manja
Gandengan tangan
Dan segala tubuhmu yang menggenggam tubuhku

Petik gitar
Tepukan gendang
Ayunan angklung
Jeritan parau
Yang pada suatu masa lalu selalu ingin mengalahkan sunyi malam

Putung-putung rokok
Cangkir-cangkir kopi
Dan obrolan-obrolan pengisi wengi
Yag tak pernah basi

Aaaaaaaaaaahhhhhhhhh ...
Lalu apa yang ingin aku tulis
Rasanya secarik kertas tak mampu menampung
Hanya dalam hati aku mampu bersajak
Dan dengan amat sangat ingin membacakannya untuk kalian
Kapan?

Kendal, 231010

oleh Enggar Dhe Pe

Aku Hidup Dalam Sebongkah Tai

Mengambang
dan terseret keruh air
ada yang lancar lancar saja
ada pula yang tersangkut
dan busuk
membuyar aroma air terhampar
ada yang baru
ada pula berasal dari waktu yang lain
tersangkut bersama ranting
ah, tetap saja busuk aroma cium
siapa berani singkirkan?
dan siapa pula yang berani usik bau tak sedap itu?
Berfikirpun enggan..
Ditertawakan
dan terbiarkan begitu saja
bila mengusiknya,

Itulah nasib tai!
Beraneka ragam warna dan rupa
ada rupa kuning
ada rupa merah cabe
ada rupa legam
ada pula rupa hijau
ah, sama saja
semua masih dalam satu mindset yang sama.
"Tai, tanah air indonesia"
hah, aku tersengak!
Tapi seperti itulah teman mayaku berujar..

Haahh,

Baru kali ini aku menyadarinya
selama ini aku hidup
dalam bongkahan tai
terombang ambing
dipermainkan arus
mengambang bersama hamparan air yang panjang
arus arus itu telah berkuasa
seakan mau menancapkan kedigdayaannya
dalam satu warna?
Mungkinkah!
Aroma tak sedap kerap muncul
merusak suasana
aku ingat,
kemarin saja kuning tai ngambang
semua tau tai
Tanah Air mU Tanah Air Indonesia
tapi seperti tak ada kata berani.
Yah, sadar dan tak berani
melawan tai..

Ah, bau apa ini..

oleh Banyu Jero pada 23 November 2010

Sajak malam

1.
Kelambu langit mungkin saja melukis haru
diam dalam paruh membisu biru
tanpa sependar dari kerlip pelita penghuni malam tertentu

2.
sang sabit tertangkap murung
ranum
terkepung gelembung gelembung
mendung
boleh saja lengkung gerimis pertanda tirai tirai pengusik malam
penebar isyarat anyelir kemuraman
tapi tidak dengan hatiku!

3.
Risau jangkrik celoteh sang malam
ah, biasa kudengar juga kusaksikan
dan mereka tak lebih karib pengiring kala rindu kian menggoda asa

4.
malam ranum bulan
taukah kau!
Rinduku berangan..



Banyu Jero
Semarang, 30112010

Ketabahan

Hiruk pikuk kehidupan kian menyekam,
lalu lalang manusian kian ramai,
kecangihan berbagai alat telah dipertarungkan,tetapi hanya bertahan beberapa waktu,

matahari kian menyenari dengan teriknya,
sang hujan tak mau kalah dengan curahan airnya,

kini yang ada hanya ketabahan,
kini yang ada hanya kesabaran,
meski semua mencemooh,
meski langit & bumi semakin tak bersahabat,
meski hati tergores silet tajam tak berwujud,
namun hanya ada satu,hanya ada dalam jiwa,hanya ada pada raga,
dialah 'ketabahan' yang mengalahkan semua hingga akhirny nanti.


Semarang, 27 Agustus 2010

Selamat Jalan

Langit kian mendung,
anginpun berdesah dengan kencang,
entah apa yang terjadi.
pohon pun ikut melambaikan daunnya,

kemarin,
mataharipun belum mulai tinggi,
mata masih terpejam,
dering telpon berbunyi,

terkejut,
terpaku,
pilu,
termenung,
entah apalah,
seketika itu datang berbarengan.

ku dengar kabar,
ku dengar kau telah pergi tak kembali.

mata mulai berkaca-kaca,
kata-katapun tak dapat terucap,
entah penyesalan, ataukah ada perasaan lain.

rasanya baru kemarin aku lihat senyumu,
aku dengar tawa candamu,
kau tutupi rasa sakitmu itu dengan semuanya.

semua kenangan telah kau tutup,
tawa canda kita kau akhiri,
senyumu kini berakhir,
tingkah lakumu tlah pudar.

andai saja aku kemarin bisa disampingmu,
mungkin tak seperti pagi itu,
dengan lemas mendengar kabar,
kabar kepergiaanmu.
namun sayang,
kini sahabat,kawan,krabat,
entah apalah tlah tiada.

Selamat jalan
meski kita tak bisa menuruskan perjuanganmu,
meski kita hanya bisa tersungkur pilu menghantarmu,
tapi kau tetap ada disisi kami,
meski kau tlah berada disisiNya.

selamat jalan
tawamu,
senyumu,
candamu,
tingkah lakumu,
kenanganmu,
dan semua akan selalu ada tak tergantikan.

semoga kau tenang di sana
semoga kau dapat apa yang kau idamkan.

Selamat Jalan Irfani Widiyata

<Photo 1>

Rasa ini

Ingn q ktakn,tp q tk sanggup..ingn mlwan,tp q tk bsa..rsa yg kian dlm,mnyrutkn ingn'q,

in nasib atau derita?,q bngg dg 2 kta..angin yg brhmbus mnyeret u/ ttp mju,tp ddpn ad pnghlang..,

tk q sngka smuany trjdi,q hny bs trdiam sndri,pgi in brbda dg kmrin,mlm in tk sm sprti kmrin..,

sngja q tlis in hny sbg ungkpn rsa,rsa yg brbda dg rsamu..
<Photo 1>

Coretan Ilmu

Panas matahari kala itu menyengat badan
desiran angin berlahan berhembus disela-sela dedaunan
namun tidak sama rasa yang ada kala itu
sebuah pesan singkat masuk dalam hpku

dalam benak aku berkata
"sepertinya baru kemarin coretan ilmu aku terima"

tinta-tintaku belum habis
secarik kertas telah ku siapkan
tak ingi rasanya coretan ilmu-ilmuku hilang begitu saja

terngiang kala itu engkau luangkan waktu bersama kami
dengan kaki lebam
kondisipun tak maksimal
dan disitulah engkau coretkan ilmu kepada kami

whai engkau inspirasi kreatif kami
lekaslah engkau kembali segar bersama kami
doa kami slalu tuangkan untuk engkau

masih banyak coretan ilmu engkau belum kami serap
masih banyak secarik-secarik kertas
masih banyak tinta-tinta pena
kami sigap dalam menerima coretan ilmu yang engkau tuangkan.


Semarang, 24 Oktober 2010
(persembahan untuk dosen, bapak, dan panutan kami tercinta Bapak Suharyanto)
<Photo 1>

Pray for Merah Putih

Langit mulai hitam pekat di atas
angin terus berhembus kencang
gemuruh luapan panglima bumi mulai keluar
serentak warga mencari perlindungan

Baru saja kemarin Merah Putih berkibar dengan tegak
di hari Sumpah Pemudabagi bangsa Indonesia
dengan sekejap semua musnah
musnah dilalap wedus kembel

Pray for Merah Putihku
disela-sela penghujung tahun semua berduka
rakyat tak salah menjadi korban
korban semburan panglima bumi ini
sapuan ombak luluhlantahkan pulau

Pray for Merah Putih
disela berkibar setengah tiang hari Pahlawan
Merah Putihku semakin tak mampu berkibar
berkibar dengan semangat 45

Rintik-rintik hujan disertai debu bumi ini
serta merta mengiringi korban-korban berjatuhan
tangis pilu tak sanggup terbendung
hanya terpaku sedu dihadapan Merah Putih

Bangkitlah Merah Putih dan berkibar di Negerimu
Indonesia menanti kebangkitanmu
Pemuda bersemangat menyosongmu
Pahlawan sertamerta meridoimu


Semarang, 061102010
<Photo 1>